Rasanya setiap hari kita menyaksikan di layar televisi ada acara berbentuk talkshow.
Mulai pagi hingga dini hari. Demikian pula dengan aneka seminar dan
training yang pastinya hampir tiap hari diadakan oleh penyelenggara
berbeda. Artinya, ada segmentasi masyarakat yang ‘kenyang’ dicekoki
wacana dan bahkan ilmu. Sementara, banyak sekali yang malah kekurangan,
sebutlah mereka-mereka yang sekolahnya rubuh.
Saya sendiri bertanya-tanya, apa sih sebenarnya manfaat dari seminar, training, talkshow
dan semacamnya? Ini karena saya sendiri merasa setelah berkali-kali
menghadiri aneka acara semacam, seringkali apa yang didapat menguap
begitu saja. Agar tidak menguap, saya berupaya mengabadikannya antara
lain seperti yang bisa Anda baca di website pribadi saya
Namun, saya melihat masih banyak yang menganggap kegiatan itu semacam “ngudoroso‘”
(bahasa Jawa, artinya kira-kira sama dengan “curhat”-lah) belaka.
Malah, kalau kita pesertanya dan disuruh kantor (baca: dibiayai) untuk
ikut, kita menganggapnya sebagai bentuk rutinitas belaka. Saya melihat,
TNA (Training Need Analysis) dari institusi terutama milik negara masih banyak yang belum berjalan dengan baik.
Sekedar contoh, saya pernah menghadiri lokakarya beberapa hari yang
biayanya mahal. Menghadirkan seorang profesor dari Jepang dan saya bayar
sendiri. Alangkah ‘nyesek‘-nya saya melihat ada peserta yang
merupakan utusan dari sebuah media terkemuka sepanjang acara
berhari-hari tidak pernah menyimak materi. Jangankan mencatat seperti
saya, mendengarkan saja tidak. Ia malah membaca koran atau malah tampak
terkantuk-kantuk sepanjang waktu. Dari partner saya yang
beberapa kali mengikuti konferensi di luar negeri, saya malah mendapat
cerita lebih dahsyat. Banyak peserta dari Indonesia bolos konferensi
cuma untuk… belanja! Astaga! Berapa banyak uang dihamburkan institusinya
untuk mendapatkan pengembangan SDM sementara yang dipercaya malah
korupsi seperti itu? (Shopping di saat sedang ada tugas mengikuti konferensi itu juga korupsi lho!)
Tentu saja, itu tidak semua. Umumnya training yang
interaktif akan melibatkan peserta dengan baik. Dan tentu diharapkan
sepulangnya dari pelatihan akan ada ‘bekas’-nya. Namun bila bentuknya
sekedar ceramah satu arah seperti seminar, saya melihat banyak peserta
yang tidak konsentrasi. Malah, kalau seminarnya gratis, ada tipe peserta
yang merupakan “pencari makan siang gratis”. Mereka pergi dari satu
seminar ke seminar lain, tak peduli apa topiknya.
Karena saya alhamdulillah bukan termasuk golongan tersebut,
maka saya pun memilih-milih seminar mana yang akan saya hadiri. Apalagi
kalau gratis. Karena itu dua pekan ini saya memilih tidak menghadiri
undangan dua seminar yang diadakan kampus saya. Padahal, kedua seminar
itu melibatkan pembicara asing. Sayang, topiknya tidak terkait dengan
penghidupan saya dan juga tidak menarik minat saya. Maka, daripada
seperti “pencari makan siang gratis”, saya memilih tidak hadir (selain
karena ada kesibukan lain tentunya).
Sebenarnya, bangsa ini sangat potensial menjadi maju. Justru kalau
warganya sadar pentingnya pendidikan. Kaya tanpa ilmu akan menjadikan
kita orang yang tidak berwawasan dan lebih dari itu… tidak berhati.
Karena itu, tiap kali Anda berkesempatan menghadiri seminar, training
atau semacamnya (apalagi dengan biaya dinas) manfaatkan untuk
memperkaya ilmu dan batin Anda. Pada akhirnya, bila tingkat kepintaran
orang Indonesia meningkat, kita akan menjadi negara maju yang tak perlu
lagi pusing memikirkan sekolah yang ambruk karena dananya dikorupsi.
sumber :https://lifeschool.wordpress.com/2012/01/31/manfaat-seminar-training-talkshow-semacamnya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar