Penduduk dan penyakit yang terkait lingkungakan hidup
Pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Adapun
faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang
melakukan migrasi.
Dalam dalam masalah ini maka
penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda
penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman
yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan
segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan
kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin kesehatan
bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada
hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor
kesehatan.
Usaha-usaha secara
terintegrasi dari semua sektor, termasuk organisasi-organisasi,
individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan
sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk
hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi
keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi
apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan
makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena
kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi
apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti
binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir
yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah
keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak
dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan
lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal
pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat
menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat
menyebabkan banyak penyakit
Kemampuan manusia untuk
mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada
taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka
hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat
yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf
yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang
akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan
timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi. Dengan demikian
eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya social ekonomi. WHO
menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental
dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang
No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan
bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan
sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.
Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan
kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air
limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani
masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di
sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat.
Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi
bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang
dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur.
Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur
ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang
meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti
penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan
status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya
pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja
lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.
Sebagai contohnya
Surabaya Terkena wabah penyakit Sapi gila
Kurang aktif
Lembaga Perlindungan
Konsumen Surabaya (LPKS) menilai pemerintah kurang aktif melakukan sosialisasi
wabah penyakit sapi gila atau Bovine Spongiform Enchephalopathy (BSE) kepada
masyarakat luas.
“Pemerintah masih kurang
respon dalam menjelaskan peristiwa anthraks yang terjadi tahun lalu maupun isu
tentang BSE yang banyak diberitakan pada awal tahun ini,” ujar Pengurus LPKS,
drh Djoko Legowo, MKes di Surabaya, Sabtu.
Menurut alumni Fakultas
Kedokteran Hewan Unair ini semestinya pemerintah lebih proaktif melakukan
sosialisasi masyarakat tentang ihwal penyakit-penyakit hewan yang mungkin
menjangkiti hewan qurban.
Kemudian dijelaskan
langkah-langkah apa yang telah, sedang dan akan dilakukan dalam menjamin
ketersediaan hewan qurban yang aman di masyarakat, sehingga masyarakat konsumen
mendapatkan haknya, yaitu perasaan aman dalam mengkonsumsi produk hewan korban.
Khusus pada hari raya Idhul
Adha ketika penyembelihan hewan qurban dilakukan secara terbuka di masyarakat,
katanya, maka perlu dijelaskan langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk
menghindari kemungkinan tersebarnya penyakit-penyakit itu.
LPKS mengusulkan langkah
kongkrit kepada pemerintah agar membuat kit-kit (alat) untuk mengetahui
ada-tidaknya sapi gila.
“Tidak perlu seluruh
daerah di Indonesia, cukup ’sample-sample’ daerah tertentu atau melakukan
isolasi terhadap daerah yang dicurigai, kemudian dilakukan uji tes laboratorium
lebih lanjut,” katanya.
Kendati anthraks sudah
reda, Djoko menduga penyakit anthraks saat ini masih ada di Jatim karena
pemantauan berkelanjutan yang seharusnya dilakukan Departemen Pertanian dan
instansi terkait tidak pernah disampaikan kepada masyarakat.
“Kita nggak tahu
pemerintah selalu mendadak dan kalau ada tekanan dari masyarakat sepertinya
mereka baru melakukan dan melihat, seperti anthraks ini mereka hanya memberikan
penjelasan ‘lips service’ saja ke masyarakat,” katanya.
LPKS juga mengimbau kepada
warga agar melakukan “class action” ke pemerintah kalau ada
kejadian yang merugikan masyarakat, misalnya kepada warga yang terkena dampak
penyakit sapi gila.
Pantau sapi gila
Sebanyak 250 dokter
hewan anggota Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jatim I dibantu
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya telah melakukan pemantauan
terhadap penyakit-penyakit strategis pada hewan qurban.
“Pemantauan kami lakukan
dalam gelar bakti sosial menjelang pelaksanaan Idul Adha. Bakti sosial itu
sendiri sudah kami mulai semenjak Selasa atau 20 Januari lalu,” ujar Ketua I
PDHI Cabang Jatim I, drh CA Nidom MS.
Bakti sosial ini
merupakan acara rutin yang digelar PDHI dan tahun 2004 merupakan tahun ke dua
pelaksanaan bakti sosial yang area kerjanya dimekarkan menjadi dua kabupaten
dan satu kota, Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.
Sebelumnya, bakti sosial
hanya dilakukan di Surabaya, bakti sosial ini dilaksanakan dengan cara bekerja
sama dengan instansi terkait sesuai peraturan yang berlaku serta bekerjasama
dengan Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF).
Dosen Biologi Molekuler
Fakultas Kedokteran Hewan Unair ini mengatakan visi dari kegiatan ini adalah
membantu masyarakat dalam memperoleh ternak dan daging yang aman, sehat, utuh,
halal dan meningkatkan konsumsi daging ternak lokal.
Untuk misi kegiatan,
kata mantan anggota Tim Bom Bali itu, adalah pemantauan terhadap
penyakit-penyakit strategis dan sapi gila pada hewan qurban dengan melaksanakan
pemeriksaan “ante mortem” dan “post mortem”.
Pemeriksaan “ante mortem”,
dilakukan dengan cara mengunjungi secara aktif kepada para penjual hewan qurban
yang tersebar di Kabupaten Sidoarjo, Gresik dan Kota Surabaya, serta upaya
secara pasif melayani permintaan warga.
“Pemeriksaan ini
meliputi pemeriksaan kesehatan hewan terhadap penyakit-penyakit strategis pada
hewan qurban dan juga kemungkinan terjadinya penyakit sapi gila, kemudian
memberikan sertifikat kesehatan untuk ternak qurban yang sudah diperiksa,”
katanya.
Untuk pemeriksaan “post
mortem”, dilaksanakan di tempat-tempat penyembelihan hewan qurban dengan
menyebar tenaga dokter hewan dan mahasiswa ke titik-titik tersebut.
“Pelaksanaan bakti
sosial ini dilaksanakan dengan cara memantau teknik penyembelihan dan
pemeriksaan kesehatan daging meliputi pemeriksaan terhadap daging, organ
pencernaan dan pernafasan,” katanya
Wabah Penyakit di
Cikarang
dimusim penghujan ini
sangat rawan tingkat kekebalan manusia oleh karena itu kita harus jaga kondisi
kesehatan kita agar tidak terserang penyakit. penyakit seperti batu, pilek,
diare/disentri, muntaber bahkan demam berdarah (DBD) sering kita jumpai di saat
musim penghujan ini. tercatat sekitar awal tahun 2008-2009 banyak warga
cikarang yang terserang demam berdarah (DBD) sekitar 11 orang tewas dengan
penyakit tersebut, bahkan yang sering terjadi adalah wabah diare, itu
karena kita kurang memperhatikan kondisi kekebalan tubuh kita. kondisi yang
lemahlah yang membuat kita terserang penyakit atau lingkungan yang tidak nyaman
menyebabkan virus dan bakteri negative dapat berkembang di daerah yang
lingkungannya tidak bersih.
daerah daerah yang
kurang bersih atau tidak sehat sangat berpotensi berkembangnya bibit
penyakit, di cikarang masih banyak daerah daerah yang kurang bersih atau
terawat, seperti di daerah pinggiran kali malang banyak orang yang membuang
sampah di bantaran sungai kali malang tersebut, karena dapat menghambat aliran
sungai yang masuk dan berpotensial menyebabkan banjir dan menjadi sarang nyamuk
serta wabah disentri. selain itu di desa sukaresmi banyak sampah sampah yang
tidak di benahi, itu menyebabkan timbulnya bibit bibit penyakit baru, perlu
kita perhatikan kesehatan dan kebersihan tempat tinggal kita agar tidak
terserang penyakit tersebut apalagi di musim penghujan ini.
Kesimpulan:
Sudah di
pastikan bila penduduk hidup atau tinggal di tempat yang banyak tercemar bahan
kimia seperti limbah pabrik, asap pabrik, asap rokok pasti suatu saat penduduk
itu akan terkena dampak penyakitnya.Maka
dari itu perlu di perhatikan kepada para pemerintah dan para pengusaha untuk
selalu menjaga lingkungan.
sumber :
sumber :
- http://veyliquid.blogspot.com/2009/11/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang.html
- http://rikobassist.blogspot.com/2009/11/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang.html
- http://abiwibowo.ngeblogs.com/2009/11/11/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan-hidup/
- http://irlanmalik.ngeblogs.com/2009/11/13/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan-hidup/
- http://ekofitriyanto.wordpress.com/2011/11/15/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar