Kamis, 20 November 2014

penduduk dan penyakit yang terkait lingkungan hidup


Penduduk dan penyakit yang terkait lingkungakan  hidup

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang melakukan migrasi.

Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.

Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.

Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk.

Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
 
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur. Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.

Sebagai contohnya
Surabaya Terkena wabah penyakit Sapi gila

Kurang aktif
Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya (LPKS) menilai pemerintah kurang aktif melakukan sosialisasi wabah penyakit sapi gila atau Bovine Spongiform Enchephalopathy (BSE) kepada masyarakat luas.
“Pemerintah masih kurang respon dalam menjelaskan peristiwa anthraks yang terjadi tahun lalu maupun isu tentang BSE yang banyak diberitakan pada awal tahun ini,” ujar Pengurus LPKS, drh Djoko Legowo, MKes di Surabaya, Sabtu.
Menurut alumni Fakultas Kedokteran Hewan Unair ini semestinya pemerintah lebih proaktif melakukan sosialisasi masyarakat tentang ihwal penyakit-penyakit hewan yang mungkin menjangkiti hewan qurban.

Kemudian dijelaskan langkah-langkah apa yang telah, sedang dan akan dilakukan dalam menjamin ketersediaan hewan qurban yang aman di masyarakat, sehingga masyarakat konsumen mendapatkan haknya, yaitu perasaan aman dalam mengkonsumsi produk hewan korban.
Khusus pada hari raya Idhul Adha ketika penyembelihan hewan qurban dilakukan secara terbuka di masyarakat, katanya, maka perlu dijelaskan langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk menghindari kemungkinan tersebarnya penyakit-penyakit itu.
LPKS mengusulkan langkah kongkrit kepada pemerintah agar membuat kit-kit (alat) untuk mengetahui ada-tidaknya sapi gila.
 “Tidak perlu seluruh daerah di Indonesia, cukup ’sample-sample’ daerah tertentu atau melakukan isolasi terhadap daerah yang dicurigai, kemudian dilakukan uji tes laboratorium lebih lanjut,” katanya.
Kendati anthraks sudah reda, Djoko menduga penyakit anthraks saat ini masih ada di Jatim karena pemantauan berkelanjutan yang seharusnya dilakukan Departemen Pertanian dan instansi terkait tidak pernah disampaikan kepada masyarakat.
“Kita nggak tahu pemerintah selalu mendadak dan kalau ada tekanan dari masyarakat sepertinya mereka baru melakukan dan melihat, seperti anthraks ini mereka hanya memberikan penjelasan ‘lips service’ saja ke masyarakat,” katanya.
LPKS juga mengimbau kepada warga agar melakukan “class action” ke pemerintah kalau ada kejadian yang merugikan masyarakat, misalnya kepada warga yang terkena dampak penyakit sapi gila.

Pantau sapi gila
Sebanyak 250 dokter hewan anggota Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jatim I dibantu mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya telah melakukan pemantauan terhadap penyakit-penyakit strategis pada hewan qurban.
“Pemantauan kami lakukan dalam gelar bakti sosial menjelang pelaksanaan Idul Adha. Bakti sosial itu sendiri sudah kami mulai semenjak Selasa atau 20 Januari lalu,” ujar Ketua I PDHI Cabang Jatim I, drh CA Nidom MS.
Bakti sosial ini merupakan acara rutin yang digelar PDHI dan tahun 2004 merupakan tahun ke dua pelaksanaan bakti sosial yang area kerjanya dimekarkan menjadi dua kabupaten dan satu kota, Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.
Sebelumnya, bakti sosial hanya dilakukan di Surabaya, bakti sosial ini dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan instansi terkait sesuai peraturan yang berlaku serta bekerjasama dengan Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF).
Dosen Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Hewan Unair ini mengatakan visi dari kegiatan ini adalah membantu masyarakat dalam memperoleh ternak dan daging yang aman, sehat, utuh, halal dan meningkatkan konsumsi daging ternak lokal.
Untuk misi kegiatan, kata mantan anggota Tim Bom Bali itu, adalah pemantauan terhadap penyakit-penyakit strategis dan sapi gila pada hewan qurban dengan melaksanakan pemeriksaan “ante mortem” dan “post mortem”.
Pemeriksaan “ante mortem”, dilakukan dengan cara mengunjungi secara aktif kepada para penjual hewan qurban yang tersebar di Kabupaten Sidoarjo, Gresik dan Kota Surabaya, serta upaya secara pasif melayani permintaan warga.
“Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kesehatan hewan terhadap penyakit-penyakit strategis pada hewan qurban dan juga kemungkinan terjadinya penyakit sapi gila, kemudian memberikan sertifikat kesehatan untuk ternak qurban yang sudah diperiksa,” katanya.
Untuk pemeriksaan “post mortem”, dilaksanakan di tempat-tempat penyembelihan hewan qurban dengan menyebar tenaga dokter hewan dan mahasiswa ke titik-titik tersebut.
“Pelaksanaan bakti sosial ini dilaksanakan dengan cara memantau teknik penyembelihan dan pemeriksaan kesehatan daging meliputi pemeriksaan terhadap daging, organ pencernaan dan pernafasan,” katanya

Wabah Penyakit di Cikarang
dimusim penghujan ini sangat rawan tingkat kekebalan manusia oleh karena itu kita harus jaga kondisi kesehatan kita agar tidak terserang penyakit. penyakit seperti batu, pilek, diare/disentri, muntaber bahkan demam berdarah (DBD) sering kita jumpai di saat musim penghujan ini. tercatat sekitar awal tahun 2008-2009 banyak warga cikarang yang terserang demam berdarah (DBD) sekitar 11 orang tewas dengan penyakit tersebut, bahkan yang sering terjadi  adalah wabah diare, itu karena kita kurang memperhatikan kondisi kekebalan tubuh kita. kondisi yang lemahlah yang membuat kita terserang penyakit atau lingkungan yang tidak nyaman menyebabkan virus dan bakteri negative dapat berkembang di daerah yang lingkungannya tidak bersih.
daerah daerah yang kurang bersih atau tidak sehat sangat berpotensi berkembangnya bibit penyakit, di cikarang masih banyak daerah daerah yang kurang bersih atau terawat, seperti di daerah pinggiran kali malang banyak orang yang membuang sampah di bantaran sungai kali malang tersebut, karena dapat menghambat aliran sungai yang masuk dan berpotensial menyebabkan banjir dan menjadi sarang nyamuk serta wabah disentri. selain itu di desa sukaresmi banyak sampah sampah yang tidak di benahi, itu menyebabkan timbulnya bibit bibit penyakit baru, perlu kita perhatikan kesehatan dan kebersihan tempat tinggal kita agar tidak terserang penyakit tersebut apalagi di musim penghujan ini.

Kesimpulan:
Sudah di pastikan bila penduduk hidup atau tinggal di tempat yang banyak tercemar bahan kimia seperti limbah pabrik, asap pabrik, asap rokok pasti suatu saat penduduk itu akan terkena dampak penyakitnya.Maka dari itu perlu di perhatikan kepada para pemerintah dan para pengusaha untuk selalu menjaga lingkungan.

sumber :

  1. http://veyliquid.blogspot.com/2009/11/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang.html
  2. http://rikobassist.blogspot.com/2009/11/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang.html
  3. http://abiwibowo.ngeblogs.com/2009/11/11/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan-hidup/
  4. http://irlanmalik.ngeblogs.com/2009/11/13/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan-hidup/
  5. http://ekofitriyanto.wordpress.com/2011/11/15/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar